Banjarmasin – Gubernur Kalsel H Sahbirin Noor mengakui pertumbuhan ekonomi di Kalsel masih Terdampak kinerja turun naik sektor tak terbarukan yang telah lama menjadi episentrum perekonomian di banua. “Pertumbuhan ekonomi Kalimantan Selatan selama dua tahun belakangan mengalami tekanan, terutama dipengaruhi kinerja sektor pertambangan,” analisa Paman Birin di Gedung DPRD Kalsel saat penyampaian LKPj 2019, baru-baru tadi.
Tren pelemahan harga batubara yang berlanjut, serta pelemahan ekonomi negara mitra turut mempengaruhi kinerja sektor pertambangan. oleh sebab itu, Pemprov Kalsel terus mendorong agar Kalsel tidak hanya bergantung pada komoditas batubara, melainkan mendorong tumbuhnya sumber pertumbuhan ekonomi baru yang berbasis sumber daya terbarukan dan bernilai tambah tinggi.
“Salah satu sektor yang terus kami dorong untuk ditingkatkan nilai tambahnya adalah sektor agro industri dengan sektor pariwisata, sebagai sumber pertumbuhan ekonomi baru,” jelas Paman Birin.
Untuk Pengembangan agro industri, menurut Paman Birin telah ditopang modal yang kuat dengan posisi Kalimantan Selatan, sebagai salah satu lumbung pangan nasional dan sedang disiapkan sebagai Lumbung Pangan Ibu Kota Negara (IKN) baru.
Namun pertumbuhan ekonomi sumber daya non tambang di Kalsel terus meningkat secara signifikan. Hal ini dibuktikan dengan peningkatan pesat jumlah UMKM di Kalsel semenjak 2017.
Pada tahun 2017, hanya ada 284.385 UMKM di Kalsel. Namun berdasarkan data terakhir, pada tahun 2019 sudah mencapai 352.838 UMKM.
Peningkatan pesat jumlah UMKM tersebut membuat neraca perdagangan mengalami surplus dalam beberapa tahun terakhir ini.
Di tahun 2019, tercatat nilai ekspor Kalimantan Selatan lebih dari 70 juta dollar. Ary/bdm