Pesan KH Idham Chalid Ke Istri : Hati-Hati Anakmu, Jangan Sampai Darahnya Mengalir Uang Haram

0
2352

Keluarga pahlawan nasional, KH Idham Chalid menyatakan persetujuannya terhadap pemerintah untuk menjadikan tokoh ulama asal Kalimantan Selatan tersebut menjadi gambar pada pecahan mata uang Rp5000. Pencantuman gambar tokoh mantan Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (NU) tersebut merupakan bentuk penghargaan dan keteladanan bagi generasi masa kini.

Sebelum menerbitkan uang pecahan Rp 5 ribu tersebut, pihak Pemerintah diwakili Irjen Kemensos Dadang Iskandar beserta tim Kemensos RI bertandang ke rumah keluarga KH Idham Chalid pada akhir 2021 lalu.

Didampingi anak-anaknya, istri KH Idham Chalid, Siti Rokayah (81) menyatakan, sosok Idham Chalid yang merupakan ulama tanah Banjar ini dikenal keluarga sebagai sosok yang sederhana, jujur, dan tidak mentoleransi kolusi. Siti Rokayah menyatakan, sejak awal menikah, ia sudah di-warning suaminya. 

“Kamu saya haramkan memakai uang dari orang lain. Kamu hanya boleh makan dari gaji pak Idham. Kalau ada tamu bawa makanan, saya boleh makan. Tapi kalau uang hanya boleh dari gaji suami. Hati-hati anakmu, jangan sampai darahnya mengalir uang haram,” katanya, seperti dikutip dalam rilis Kemensos RI.

Idham Chalid menduduki sejumlah jabatan, di antaranya, Wakil Perdana Menteri, Menteri Kesejahteraan Rakyat, Menteri Sosial, Ketua DPR/MPR-RI, dan Ketua Dewan Pertimbangan Agung. Meskipun memegang posisi penting di dunia politik dan pemerintahan, Idham tidak pernah memanfaatkannya untuk kepentingan keluarga.

Dalam kehidupan sehari-hari, Siti Rokayah menyatakan tidak mendapatkan uang belanja berlebihan. Bahkan bisa dibilang, uang belanjanya nilainya tidak berubah selama bertahun-tahun. 

“Dikasih uang kaya honorer. Uang pensiun bapak hanya Rp1,1 juta dan dari DPR Rp1,1 juta. Itu aja dimakan. Ada juga uang dari Pemerintah DKI Rp1,5 juta. Ya lumayan buat nyambung-nyambung hidup,” katanya.

Demikian pula, kalau bepergian, keluarga lebih banyak naik kendaraan umum. “Bapak kan pejabat ya. Tapi tidak ada mobil dinas. Kemana-mana kami naik metromini. Kalau ke rumah sakit, jaman dulu kan yang ada Rumah Sakit Pertamina ya. Ya naik metromini,” kata Rokayah.

Hal sama juga berlaku untuk keluarga. Tidak ada anggota keluarga yang mendapatkan kesempatan mencicipi fasilitas negara. “Tidak ada anak-anaknya yang mendapatkan fasilitas. Bahkan semua anak-anaknya lebih memilih wirawasta. Anak-anak jualan nasi dan jualan air,” kata Siti Rokayah.

Selama menduduki berbagai jabatan penting, Idham Chalid juga tidak pernah mencari sampingan misalnya dengan berbisnis. Ia menolak jabatan sebagai komisaris. 

Sikap jujur dan sederhana tersebut juga ditularkan Siti Rokayah kepada anak-anak dan keluarga. “Lihat uang pensiun dari Pak Idham cukup-cukup saja. Ini artinya berkat. Jangan pernah melihat segala sesuatu dari uang. Cari keberkahan,” katanya.

Sementara Inspektur Jenderal Kemensos Dadang Iskandar menyatakan, Pemilihan tokoh Idham Chalid merupakan bentuk penghargaan dari negara atas jasa-jasa almarhum kepada negara. “Selain itu juga sebagai keteladanan. Karena almarhum merupakan tokoh yang sederhana dan jujur,” kata Dadang. 

KH Idham Chalid, tokoh yang akrab disapa Pak Idham ini merupakan ulama yang besar di kalangan Nahdlatul Ulama (NU). Pak Idham pernah menjadi Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) selama 28 tahun mulai 1956 sampai 1984.

Selain dikenal sebagai ulama, Pak Idham juga dikenal sebagai seorang intelektual dan guru politik orang NU. Pada masa Pak Idham, para pemimpin NU menganggap politik sebagai sarana untuk mewujudkan kepentingan keagamaan dan melayani umat. 

Saat terjun ke dunia politik, Pak Idham pun mendapatkan amanah di pemerintahan sebagai wakil perdana menteri. Sejak saat itu, Pak Idham selalu mendapat jabatan penting dalam pemerintahan.

KH Idham Chalid dilahirkan di Satui Kabupaten Tanah Bumbu Kalimantan Selatan, pada 27 Agustus 1922. Ia merupakan anak sulung dari lima bersaudara. 

Ayahnya yang bernama H Muhammad Chalid berprofesi sebagai seorang penghulu asal Amuntai, Hulu Sungai Utara, sekitar 200 kilometer dari Banjarmasin.  Ahmad Arya

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini