Potret Wanita Madagaskar
SEBUAH hasil riset biologi molekuler yang kemudian dipublikasikan dengan judul Malagasy Genetics Ancestry Comes from An Historical Malay Trading Post in Southeast Borneo pada tahun 2016 memberikan jawaban yang meyakinkan tentang nenek moyang orang-orang Madagaskar. Dalam jurnal itu dinyatakan bahwa moyang orang-orang Madagaskar berasal dari Suku Bantu Afrika bagian selatan dan orang-orang Suku Banjar. Perlu diketahui, sebenarnya sudah sejak lama telah dinyatakan bahwa orang Madagaskar dan Indonesia memiliki hubungan genetik, akan tetapi belum dapat dipastikan orang-orang dari wilayah manakah di kepulauan nusantara yang menjadi cikal bakal penghuni awal Madagaskar dan beranak pinak disana.

Tradisi Bausung Penganten Suku Banjar
Temuan riset yang melibatkan 10 orang ilmuwan ini menegaskan bahwa dalam gen orang Malagasi ditemukan 37 persen diantaranya berasal dari gen Banjar dan 63 persen lainnya berasal dari gen Suku Bantu Afrika. Selain itu, juga disebutkan bahwa secara genetika, orang-orang Banjar sendiri memiliki percampuran gen dari orang-orang Dayak Ma’anyan dan Melayu, masing-masing sebesar 23 dan 77 persen. Hal ini sejalan dengan catatan sejarah dimana pada masa lampau, kalimantan bagian tenggara (sekarang Kalimantan Selatan) banyak melakukan interaksi, khususnya hubungan dagang dengan orang-orang atau kerajaan melayu seperti dengan Kerajaan Sriwijaya. Sementara, Suku Dayak Ma’anyan sendiri adalah penduduk asli kalimantan yang banyak tinggal di kalimantan bagian tenggara.
Menurut penelitian tersebut, diperkirakan orang-orang Banjar melakukan migrasi dengan penumpang armada dagang Kerajaan Sriwijaya sekitar abad ke-6 sampai 13. Hal ini didukung dengan bukti sejarah pada Hikayat Banjar dimana Kerajaan Sriwijaya tercatat pernah mendirikan pos dagang di Kalimantan Selatan.
Secara spesifik, Francois-Xavier Ricaut yang juga terlibat dalam riset tersebut, dalam artikel yang ia tulis di portal media The Conversation bahkan menyebutkan bahwa orang-orang Banjar bukan saja nenek moyang bagi orang Madagaskar, namun juga bagi orang-orang Komoro. Orang-orang Banjar pertama kali mencapai Kepulauan Komoro pada abad ke-9 dan abad ke-11 di Madagaskar.
Keterkaitan genetik antara orang Banjar dan orang Madagaskar ini tentu membawa konsekuensi, terutama secara fisik. Berbeda dengan kebanyakan orang afrika, perwujudan fisik orang-orang Madagaskar sangat mirip dengan orang Indonesia pada umumnya atau Banjar secara khusus. Namun, kemiripan ini tidak berakhir sampai pada perkara fisik saja, tapi juga dalam aspek lainnya.
Kesamaan Budaya
Dilihat dari aspek kebudayaan, terdapat sejumlah kemiripan antara Banjar dan Madagaskar. Fuji Riang Prastowo, antropolog Universitas Gadjah Mada melalui artikel yang ditulis oleh Kumparan menyatakan bahwa salah satu hal yang menarik dari Madagaskar adalah bahwa semua rumah dan bangunan suci tua sebelum kedatangan Katolik dibangun dengan menghadap ke arah Indonesia. Menurutnya, ini merupakan wujud penghormatan orang Madagaskar kepada nenek moyang mereka. Disamping itu, rumah-rumah tradisional Madagaskar secara umum berbentuk persegi sebagaimana rumah adat atau tradisional Banjar dan Indonesia pada umumnya. Hal ini berbeda dengan kebanyakan rumah-rumah tradisional afrika yang cenderung berbentuk bundar.
Selain pada aspek arsitektur, saat melakukan penelitiannya di Madagaskar, Fuji juga menemukan kenyataan bahwa terdapat banyak kemiripan dalam hal kuliner. Misalnya, dia menemukan makanan seperti sate yang ternyata umum dijual di Madagaskar. Menurut salah satu pedagang disana, jenis makanan itu sudah dijual dan dikonsumsi oleh orang-orang Malagasi sejak dulu.
Dari segi bahasa, Serva, dkk. dalam artikel berjudul Malagasy Dialects and the Peopling of Madagascar menemukan fakta bahwa 45 persen kosakata dasar dalam bahasa Malagasi berasal dari Suku Dayak Ma’anyan yang merupakan nenek moyang orang Banjar. Selain itu, dari aspek penamaan anak atau orang, nama seperti Andry, Hery, dan Andi yang sering digunakan sebagai nama orang di Banjar atau Indonesia pada umumnya, ternyata juga umum digunakan di Madagaskar.
Namun begitu, dibalik temuan genetik dan kemiripan budaya ini, para peneliti masih belum mampu mengungkap jalur pelayaran yang digunakan orang-orang Banjar dan Sriwijaya kala itu untuk bisa mencapai Madagaskar sehingga masih dibutuhkan penelitian lebih lanjut untuk mengungkapnya. (Berbagai Sumber)