Jejakbanua.com, Banjarbaru – Tangan kekar para penambang tradisional di Pendulangan Intan Pumpung Kecamatan Cempaka Kota Banjarbaru Kalsel, tak lelah melenggang (mengayak) sebuah tangguk besar berisi pasir bercampur tanah dan bebatuan. Mereka belum beranjak dari kubangan air bercampur lumpur tempat tambang atau pendulangan Intan, walau hari jelang petang.
Masih ada asa tersisa untuk mendapatkan butiran Intan atau emas yang membuat mereka seakan lupa kata lelah. Mereka adalah para penambang tersisa yang mencari sesuap nasi di lokasi pendulangan Intan terkenal di Provinsi Kalimantan Selatan tersebut.
“Kalau ditemukan batu begini, itu artinya ada Intannya di lokasi ini, ini yang membuat kami semangat masih menambang disini,” celetuk seorang penambang Intan sambil memperlihatkan benerapa biji batu warna hitam.
Menurutnya, seorang pendulang Intan perlu kejelian mata untuk melihat Intan atau emas di antara pasir. “Jadi kalau rabun mata tidak bisa,” katanya sembari terus melenggang tangguknya.
Kini hanya tersisa dua lobang tambang yang masih dikerjakan warga setempat. Padahal dulu pada awal 1990-an, Pumpung sangat ramai dengan ratusan penambang Intan.
“Sekarang masih ada dua lobang tambang dikerjakan,” kata Ruslan Ketua Pokdarwis Pumpung, saat ditemui jejakbanua.com, beberapa waktu lalu.
Menurutnya sebagian warga setempat banyak yang menambang emas di luar daerah seperti Tanah Bumbu, bahkan wilayah Kalteng hingga Kaltim.
Hal itu karena di pendulangan Intan Pumpung sudah mulai habis lokasinya ditambang. Mereka merantau untuk mendulang (menambang emas) di luar kampung bahkan hingga provinsi tetangga.
Begitulah kondisi penambang Intan di pendulangan Intan tradisional Pumpung.
Diketahui pendulangan Intan Pumpung tersebut masuk situs Geopark Meratus di rute selatan. Diupayakan Geopark Meratus akan lolos menjadi Unesco Global Geopark pada akhir 2024 mendatang. Ary