Martapura – Tulisan kaligrafi atau khat ahlan wa sahlan biqudubikum yang terpampang di pintu gerbang Sekumpul Martapura Kabupaten Banjar Kalimantan Selatan menuai protes dari Komunitas Kaligrafer Intan Kalsel.
Sekretaris Komunitas Kaligrafer Intan Kalsel, Abdul Halim Rahmat melalui akun Facebooknya Abdul Halim Rahmat, menilai pemasangan khat/kaligrafi di gerbang Sekumpul menyalahi kaidah khat dan jauh dari nilai estetika. “Kami berharap agar tulisan tersebut diturunkan dan diganti atau disamakan dengan desain yang sudah dibuat,” tulisnya dalam status di FB yang dikutip jejakbanua.com Minggu (6/2).
Ia mengatakan bahwa desain untuk tulisan kaligrafi di pintu gerbang Sekumpul itu sudah dibuat oleh Hasanuddin, juara 1 lomba Khattil Quran cabang Hiasan Mushaf MTQ nasional yang juga urang Martapura.
Menurutnya, Proyek penataan area wisata religi di sekumpul, Martapura ini tentunya tidak akan lepas dari adanya makam Abah Guru yang selalu diziarahi para muhibbin dari berbagai pelosok daerah hingga belahan dunia. “Penataan dimaksud adalah untuk mempermudah peziarah, memperindah kawasan, dan menjadikan nilai tambah ekonomi di kawasan ini,” tulisnya.
Sosok Abah guru menjadi figur sentral dan tentu menjadi salah satu pertimbangan dalam penataan kawasan. Tidak banyak orang tahu kalau Abah Guru Sekumpul mempunyai keahlian menulis khat yang indah. Beliau tahu dan faham berbagai jenis khat yang mashur.
Perhatian Abah Guru pada khat juga terlihat pada proses penulisan dan pencetakan “Kitab Imdad”. Kitab yang berisi amaliah yang di-imla-kan pada murid2 beliau ini dikerjakan oleh tim bejumlah 5 orang dengan memakan waktu setahun, hanya pada penulisannya saja. Orang yang mengerjakan pun harus punya dua keahlian; yaitu ahli khat Arab supaya hasil pengerjaan tidak keluar dari kaidah penulisan khat, serta punya keahlian desain grafis.
Jika khat menjadi salah satu perhatian Abah Guru Sekumpul, maka selayaknya Gerbang Sekumpul pun agar diperhatikan cara penulisan khat yang indah sesuai dengan kaidahnya. “Ini saya sebut adab,” tulis Halim.
Sebagaimana para peziarah wanita yg harus memakai pakaian yg longgar atau diberi “tapih” oleh panitia ketika mereka berziarah. Karena itu yg disukai oleh Abah Guru.
“Bersedekahlah sebelum ziarah ke makam Datuk Kalampaian, karena itu yang disukai oleh yang akan kita ziarahi”. Demikian yang Abah Guru sampaikan dalam salah satu ceramahnya.
“Tak ada tulisan ayat alquran yg dituliskan dibangunan, juga merupakan pesan2 yg pernah disampaikan Abah Guru. Sehingga di gerbang hanya dituliskan ahlan wasahlan,” tulisnya. Ary
kredit foto : infobanua.co.id